Keadilan dan Kesetaraan Gender dalam Seni

Syarif Maulana, S.IP, M.I.Kom

Dosen Filsafat Universitas Parahyangan

Gender sering disamakan dengan seks biologis yang mengklasifikasi individu sebagai, laki-laki, perempuan, atau intersex. Padahal, gender itu sendiri merupakan perbedaan sifat perempuan dan laki-laki yang tidak mengacu pada perbedaan biologis, melainkan pada nilai-nilai sosial budaya yang menentukan peranan perempuan dan laki-laki dalam kehidupan pribadi dan dalam setiap bidang kehidupan masyarakat. Perbedaan gender antara perempuan dan laki-laki akan selalu ada, namun akan menjadi permasalahan jika perbedaan dan peran gender mengantarkan pada pembedaan gender yaitu, ketika perempuan mendapat diskriminasi, marjinalisasi, dan terisolasi. Akhir-akhir ini kesetaraan gender, pemberdayaan perempuan dan realisasi hak perempuan dalam mencapai pembangunan berkelanjutan makin diakui. Begitu pula dengan kesadaran akan posisi perempuan yang rendah di masyarakat, sehingga menimbulkan keinginan untuk memperbaiki atau mengubah keadaan tersebut. Seluruh kebijakan, program, maupun kegiatan harus responsif gender dengan mempertimbangkan terwujudnya kesetaraan dan keadilan pada berbagai aspek kehidupan perempuan dan laki-laki, salah satunya menghapus kesenjangan digital. Gender dan kesenjangan digital terlihat dengan adanya patriarchy online yang menyebutkan teknologi informasi dan komunikasi merupakan ranah maskulin sehingga dunia teknologi masih didominasi laki-laki. Tidak hanya patriarchy online, perempuan sering menjadi korban stereotipe, violence & online abuse, marjinalisasi, dan diskriminasi seperti rape culture. Berdasarkan masalah tersebut, menjadi penting untuk mengintegrasikan pandangan sensitif dan responsif gender dalam kehidupan bermasyarakat.